Mutiasaara Hadits

Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusukan kamu; saudara perempuan sepesusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. AN NISAA':23)

Jumat, 15 Mei 2009

Alhamdulillah, Matahari bersinar Kembali

Subhanallah. Alangkah mengagumkannya hidup orang beriman. Rentetan kegiatan dalam siklus hidupnya selalu berputar dalam kisaran ketaatan, tunduk kepada Allah. Segala kebiasaan yang dilakukannya dinilai ibadah, dan tentunya akan mendapatkan balasan kebaikan di akhirat hanya karena niatnya melakukan hal tersebut karena Allah. Bahkan senyum yang diberikan bernilai ibadah, dihitung sebagai sedekah kepada saudaranya. Oh, alangkah damainya hidup orang beriman.

Alangkah mengagumkan. Baru membuka kesadarannya kembali dari istirahat tidurnya, sebelum melakukan kegiatan-kegiatan lain, lisan orang beriman langsung berdzikir memuji Allah yang telah memberikan kesempatan hidup kembali setelah sempat ‘mati’ sebentar. Orang beriman sadar betul bahwa tidur tiada bedanya dengan mati. Demikian juga, mati bukanlah sesuatu yang menakutkan karena tiada beda dengan tidur panjang. Kesadarannya ini ia dasarkan pada kenyataan bahwa berapa banyak orang yang dijemput maut justru pada saat tidur. Kesadaran inilah yang membimbing orang beriman langsung memuji Allah ketika dibangunkan kembali dari tidurnya. Maha suci Allah yang telah menghidupkan kembali setelah kami mati dan kepada-Nyalah kami kembali. Ucapan pertama lisannya ini bernilai ibadah di hadapan Allah.

Makan-minum yang bagi kebanyakan orang adalah sekedar cara untuk menghilangkan rasa haus dan lapar yang mengganjal, bagi orang beriman, itu adalah sarana untuk lebih meningkatkan kesyukuran atas karunia Ilahi. Sebelum makan dan minum, orang beriman menetapkan niat dengan nama Allah, kesadarannya menegaskan bahwa rezeki yang akan dinikmatinya berasal dari Allah. Setelah itu, ia mengakhiri dengan memuji Allah atas nikmat makanan dan minuman yang dinikmatinya.

Mencari nafkah yang bagi orang lain adalah sekedar cara untuk menopang keluarga, mengumpulkan harta sebagai bekal di atas dunia ini, bagi orang beriman, kerja adalah ibadah yang ia niatkan karena Allah, untuk mencari rezeki yang diridhoi-Nya. Sebelum melangkahkan kaki ke tempat kerja, niatnya sudah tertanam karena Allah, Bismillah mengakar dalam jiwanya yang terdalam. Ia berangkat mencari rezeki dengan cara-cara yang halal untuk nafkah keluarganya. Ini pun dinilai ibadah, sedekah kepada keluarga.

Alangkah mengagumkan! Alangakah mengagumkan! Apa pun gerak langkah dirinya dalam hidup ini ia sandarkan pada Allah. Melihat keindahan, ia mengagumi ciptaan Allah. Subhanallah mengalir dari lisannya memuji Allah atas kesempurnaan ciptaan-Nya. Ditimpa musibah ia bersabar sambil dirinya berserah diri dengan kesadaran hakiki bahwa siapa pun ia, semuanya akan kembali kepada Allah. Lisannya mengucap Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Ini juga terhitung tabungan untuk bekalnya. Mau memulai satu pekerjaan, Bismillah. Setelah selesai, Alhamdulillah. Kembali ia menyandarkan diri pada Allah. Bertemu orang, ia menampilkan wajah berseri, melemparkan senyuman sambil bibirnya mengucap doa keselamatan, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Dan seterusnya, dan seterusnya yang kesemuanya tetap berputar pada kepasrahannya kepada Allah.

Sungguh mengagumkan!

Dan yang lebih mengagumkan lagi, Rasulullah SAW suatu kali pernah menyampaikan kekaguman beliau terhadap orang-orang beriman ini. Sungguh ajaib orang-orang beriman itu, begitu kira-kira sabda Rasulullah SAW. Apabila mendapatkan nikmat, ia bersyukur. Syukurnya itu dinilai kebaikan di hadapan Allah. Apabila mendapat musibah, ia bersabar. Sabarnya itu bernilai kebaikan di hadapan Allah. Bahkan, Allah SWT menegaskan, Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (QS. Al Mukminun [23]:1).

Marilah kita tetapkan diri dalam golongan orang-orang beriman, orang-orang dikagumi oleh Rasulullah SAW dan semoga kita bisa memperoleh keberuntungan.

Billahittaufiq Wal Hidayah

Related Posts:

  • Kekuatan D.U.I.TApa sich D.U.I.T?ahhh… sebenarnya cuman singkatan doank… tetapi kekuatannya sangat luar biasa, sebagai seorang muslim saya sudah membuktikan sendiri…s… Read More
  • Kritik & Saran Buat pak TarminAssalamu'alaikum Wr. Wb.Kesan :Panjengan terlihat mempunyai pendirian yang kuat, bijaksana, tapi panjenengan ketingal radhi kaku..he...he...afwan bin … Read More
  • Munajat Hari ini ...Mengapa hamba harus menangis ketika kesusahan demi kesusahan datang ? Sedangkan dulu tidak pernah menyesal ketika membuat orang lain susah. Yang hamba… Read More
  • JILBAB,GUA BANGET,TAK BERJILBAB MALU ATUH!Aku datang atas nama Kaum AdamTuk sampaikan resahnya pada Kaum hawaYang hitam indah terurai panjangDengan rangka yang memang memukauKadang kau aku suk… Read More
  • Moeslimah IdolCantik, tubuh proporsional, pintar, gaul dan berperilaku baik. Itulah gambaran cewek ideal yang ada di benak setiap orang. Nggak heran kalo cewek yang… Read More

0 komentar:

Posting Komentar