Mutiasaara Hadits

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 30 Agustus 2009

Masalah Takdir


Ada beberapa hal yang perlu di dicermati di sini. Terutama tentang Makna takdir, sikap seorang hamba terhadap takdir itu dan bagaimana melakukan upaya menghadapi takdir itu sendiri. Takdir berarti suatu hal yang telah ditetapkan oleh Alloh semenjak jaman azali atau zaman sebelum diciptakan sesuatu di "Lauhul Mah fudz " yang berkenaan dengan nasib dan perjalanan hidup seseorang. Dalam kaitannya dengan takdir mutlak adalah seperti jodoh , mati dan rezki seseorang yang telah ditentukan Allah Yang Maha Kuasa.
Ada beberapa pendapat tentang bagaimana seorang manusia menyikapi takdir tersebut yang sesuai dengan aturan agama. Dalam hal ini ada tiga pendapat ulama. Pertama, mereka yang mengatakan bahwa takdir adalah keputusan Allah dimana baik dan buruk nasib sesorang ditentukan sepenuhnya oleh Allah tanpa manusia bisa berupaya dan mengganti keadaan tersebut. Di sini manusia dituntut untuk pasrah terhadap ketentuan yang telah diberikan, golongan ini disebut golongan Jabariah. Kedua, mereka yang mengatakan bahwa nasib dan takdir seseorang ditentukan oleh seberapa besar usaha orang tersebut tanpa ada intervensi dan keikutsertaan Allah terhadap perjalanan hidup seorang hamba, dan lebih lanjut menyatakan bahwa di situ terhampar lahan luas dimana manusia bebas dan berkuasa penuh terhadap nasib yang akan dilalui nanti. Golongan ini disebut Qodariah. Dan golongan terakhir adalah mereka yang mengatakan bahwa Allah telah menetapkan nasib dan takdir seseorang namun manusia tetap dituntut untuk berupaya semaksimal mungkin untuk merubah keadaan dan kondisiya, dan perubahan itu bisa di upayakan atas kuasa Ilahi dan ridlo darinya meski nasib dan suratan takdir telah tertulis. Golongan ini adalah ulama dari Ahli Sunnah waljamaah . Dari sini kita bisa mengambil konklusi bahwa manusia tetap dituntut untuk berupaya seoptimal mungkin untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia maupaun di akhirat dengan seimbang tanpa melupakan sisi pasrah dan tawakal manusia terhadap Penciptanya. Pasrah bukan berarti siakap fatalis yang hanya menunggu perubahan dari Allah atau bertinak sesuatu yang irasional ...... seperti tidak mempunyai senjata tetapi melawan musuh, meninggalkan mobil tanpa menguncinya karena yakin dengan takdir Allah apakah mobil itu hilang atu tidak. Dan rezeki maupun karier pun tidak akan berkembang jika kita hanya berpangku tangan. Berarti disitu ada sisi upaya manusia dan intervensi Tuhan untuk menetapkan sesuatu terjadi atau tidak, semua sangat tergantung dari optimalisasi usaha manusia dan keridloan Ilahi. Dalam Qur'an Allah berfirman "Sesungguhnya Alloh tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ( QS 13;11 ) dan Allah mengisyaratkan manusia untuk terus bekerja dan berbuat untuk tujuan jauh ke masa mendatang yaitu bertindak untuk tujuan akherat tanpa melupakan sisi manusiawi seorang hamba untuk bekerja dan beraktifitas demi kehidupan nya di dunia dalam hal ini Allah berfirman "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kamu kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu............(QS 28;77 ). Lebih lanjut dalam suatu kesempatan sahabat Umar r.a pernah mengisyaratkan " Berbuatlah dan bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah dan beribadahlah untuk akheratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari ". Demikianlah suatu takdir akan berubah sesuai dengan usaha dan upaya manusia meski Allah telah mentapkan suatu ketetapan dari awal namun isyarat Ilahi menuntut suatu usaha optimal agar nasib dan keadaan yang lebih baik atau yang kita inginkan tercapai. Setelah usaha yang maksimal disertai dengan doa dan sikap pasrah pada Allah kita serahkan nasib dan takdir ........... inilah yang dinamakan sikap pasrah dan tawakal pada apapun yang kita inginkan . Wallahu a'lam bissowab Wassalam,

KULTUM HARI KE-10 (PENGHUNI SURGA)

Suatu ketika Nabi Muhammd saw duduk di masjid dan berbincang2 dengan sahabatnya. Tiba2 beliau bersabda: “Sebentar lagi seorang penghuni surga akan masuk kemari”. Semua matapun tertuju ke pintu masjid dan pikiran para hadirin membayangkan seorang yang luar biasa. “Penghuni surga… penghuni surga…”, demikian gumam mereka.


Beberapa saat kemudian, masuklah seorang dengan air wudhu yang masih membasahi wajahnya dan dengan tangan menjinjing sepasang alas kaki. Apa gerangan keistimewaan orang itu sehingga mendapat jaminan surga? Tidak seorangpun yang berani bertanya walau seluruh hadirin merindukan jawabannya.

Keesokan harinya peristiwa di atas terulang kembali. Ucapan Nabi dan “si penghuni” surga dengan keadaan yang sama semuanya terulang, bahkan pada hari ketiga pun terjadi hal yang demikian.

Abdullah ibnu ‘Amr tidak tahan lagi, meskipun ia tidak berani bertanya dan khawatir jangan sampai ia mendapt jawaban yang tidak memuaskannya. Maka timbullah sesuatu dalam benaknya. Dia mendatangi si penghuni surga sambil berkata: “Saudara, telah terjadi kesalahpahaman antara aku dan orang tuaku, dapatkah aku menumpang di rumah anda selama tiga hari?”

“Tentu, tentu…”, jawab si penghuni surga.
Rupanya, Abdullah bermaksud ingin melihat secara langsung “amalan” si penghuni surga.

Tiga hari tiga malam ia memperhatikan, mengamati bahkan mengintip si penghuni surga, tetapi tidak ada sesuatu pun yang istimewa. Tidak ada ibadah khusus yang dilakukan si penghuni surga. Tidak ada shalat malam, tidak pula puasa sunnh. Ia bahkan tidur dengan nyenyaknya hingga beberapa saat sebelum fajar. Memang sesekali ia terbangun dan ketika itu terdengar ia menyebut nama Allah di pembaringannya, tetapi sejenak saja dan tidurnya pun berlanjut.

Pada siang hari si penghuni surga bekerja dengan tekun. Ia ke pasar, sebagaimana halnya semua orang yang ke pasar. “Pasti ada sesuatu yang disembunyikan atau yang tak sempat kulihat. Aku harus berterus terang kepadanya”, demikian pikir Abdullah..

“Apakah yang Anda perbuat sehingga Anda mendapat jaminan surga dari Rasululllah?”, tanya Abdullah.
“Ya.. seperti yang Anda lihat itulah..!”, jawab si penghuni surga.

Dengan kecewa Abdullah bermaksud kembali saja ke rumah, tetapi tiba-tiba tangannya dipegang oleh si penghuni surga seraya berkata: “Apa yang Anda lihat itulah yang saya lakukan, ditambah sedikit lagi, yaitu saya tidak pernah merasa iri hati terhadap seseorang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, dan tidak pernah pula saya melakukan penipuan dalam segala aktivitas saya”.

Dengan menundukkan kepala, Abdullah meninggalkan si penghuni surga sambil berkata: “Rupanya, yang demikian itulah yang menjadikan Anda mendapat jaminan surga”.

Saudara2 sekalian…

Untuk menjadi penghuni surga ternyata, menurut Nabi saw, tidak cukup hanya sekedar menjalankan ritual ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dll. Dari kisah di atas, ada dua hal yang dapat menjadikan seseorang sebagai penghuni surga, yaitu:

1. TIDAK IRI HATI/DENGKI TERHADAP SESEORANG YANG DIANUGERAHI NIKMAT OLEH ALLAH.

Iri hati/dengki dalam bahasa agama dinamakan HASAD. Nabi saw memperingatkan umatnya dalam sebuah hadits:
“Hendaklah kalian menjauhi sifat HASAD, karena sesungguhnya sifat HASAD akan ‘memakan’ amal kebaikan seperti halnya api ‘memakan’ kayu bakar”

Di akhirat nanti, ada golongan yang disebut oleh Nabi saw dengan MUFLISH. Suatu ketika Nabi saw pernah bertanya: “Atadruuna mal muflis? Tahukan kalian apa itu bangkrut?”
Ada sahabat yang menjawab: “Bangkrut adalah dimana seorang pedagang yang rugi krn modalnya tidak kembali”

Nabi saw menggelengkan kepala, kemudian menjelaskan:
“Muflis (bangkrut) adalah dimana seseorang rajin dalam ibadahnya, dia sholat, puasa, zakat, namun di sisi lain dia juga menghina, melakukan ghibah (gossip), memfitnah, mengadu domba saudaranya. Pada saat dia akan dimasukkan kedalam surga, orang yg pernah difitnah memprotes kepada Allah: ‘Ya Allah, dahulu waktu di dunia si fulan telah memfitnah saya’, kemudian sebagai penggantinya, Allah swt mengambil amal kebaikannya dan menyerahkannya kepada org yang telah difitnahnya.
Kemudian datang lagi orang lain mengadukan hal yang sama, dan kemudian Allah swt mengambil amal kebaikannya sebagai penggantinya. Demikian selanjutnya, sehingga amal kebaikannya habis, namun orang yg difitnah, dihina atau disakiti masih ada. Karena amal kebaikannya sudah habis, dosa orang yang difitnah, dihina atau disakiti itu diberikan kepadanya. Sehingga timbangan dosanya lebih besar daripada timbangan pahalanya, dan akhirnya dimasukkan ke dalam neraka”… Na’udzubillah…

Saudara2 sekalian…
Dalam Islam, keshalehan seseorang bukan hanya diukur dari banyaknya amal ibadah “mahdhoh” yang ia lakukan, tapi juga diukur sejauh mana sikapnya terhadap orang lain. Mungkin banyak diantara kita yg rajin sholat, puasa, zakat, dll, tapi kita juga seringkali menyakiti hati orang lain, menyakiti hati tetangga, seperti menghina, memfitnah, ghibah, dll.

Hati kita seringkali merasa iri pada saat melihat orang lain/tetangga mendapatkan rezeki yang melimpah. Panas hati kita ketika melihat tetangga membeli barang baru, panas hati kita ketika melihat tetangga merenovasi rumahnya, panas hati kita ketika melihat tetangga naik jabatan, dan lain sebagainya.

Dalam kultum sebelumnya yang berjudul “Memuliakan Tetangga” sudah dijelaskan, bahwa Nabi saw bersabda : “Tidak! demi Allah tidak beriman… tidak! demi Allah tidak beriman… tidak! demi Allah tidak beriman… mereka bertanya: siapakah itu wahai Rasulullah ? Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Bukhari)

Hubungan “vertikal” seseorang juga ditentukan oleh sejauh mana hubungan “horizontal”nya.

2. TIDAK MELAKUKAN PENIPUAN/DUSTA/BOHONG DALAM SEGALA AKTIVITAS KEHIDUPAN

Nabi saw pernah menjelaskan kepada seseorang yang bertanya soal Islam. Nabi saw menjawab: “Islam adalah meninggalkan BOHONG/DUSTA”.

DUSTA/Bohong juga termasuk salah satu kejahatan lisan, selain ghibah. Dusta/bohong seringkali menghiasi obrolan kita. Rasanya belum “sedap” jika obrolan kita dengan orang blm dihiasi dengan kebohongan.

Dusta dapat mengarahkan seseorang kepada sifat khianat, yang merupakan salah satu tanda orang munafik. Nabi saw bersabda: “Seorang pemimpin yang mati dalam keadaan dia berkhianat kepada rakyatnya, maka tidak ada tempat yang paling cocok baginya selain neraka jahanam”… Na’uudzubillah…

Di bulan Ramadhan ini, seperti apa yang dijelaskan oleh Iman al-Ghozali mengenai sifat puasa khusus bil khusus, adalah bukan hanya sekedar menahan lapar, haus dan hubungan sex semata, tapi juga mem’puasa’kan semua panca indera dan hati kita, termasuk lisan, untuk tidak melakukan maksiat.

Iri hati dan dusta adalah 2 penyakit yang sangat berbahaya bagi kita. Hendaknya kita dapat menjauhi kedua sifat tersebut, agar kita bisa mendapatkan predikat sebagai “Penghuni Surga”… Amin ya robbal ‘aalamin..

Wallahu a’lam…

Foto LIputan Pemilihan Duta Wisata Wonogiri 2009

































Ini adalah foto aktifitas anak Multimedia yang melakukan liputan pemilihan duta wisata wonogiri, diharapkan dengan adanya kegiatan semacam ini dapat menambah ilmu dan ketrampilan dalam dunia multimedia, Hayo buruan buat anak mm yang belum praktek untuk bangkit dan bergegas tidak bermalas-malas dalam menggunakan kesempatan! Untuk Foto-foto yang lain silahkan ngopy ke tempat pak guru!

Jumat, 28 Agustus 2009

Nikmatnya Buka Bersama

Memasuki hari ke 5 di bulan suci Ramadhan 1430 H, telah banyak agenda yang kita kerjakan. Sekali lagi mari berdoa, semoga Alloh terima amalan kita dan mencurahkan rahmatNya. Amin. Alhamdulillah, kemarin sore Pak Guru dan anak-anak (pademi Cs) telah merasakan buka bersama. Mulanya kami ingin berbuka di Bebek Goreng Pak Slamet (iet bukan ngiklan lho), melihat waktu yang sangat sempit (cs anak2 lama banget dandane) jelang maghrib akhirnya kami buka bersama di sea food warung Tenda dekat Masjid Al Huda. Memang benar apa yang disampaikan oleh orang-orang, bahwa buka puasa bersama itu jauh lebih sedap (tapi kok pada ga nafsu makan ya..?) disamping yang utama mendatangkan berkah Alloh lantaran tali ukhuwah yang kian kuat.

Menu yang sederhana tidak mengurangi keni'matan berbuka. Adzan maghrib menjadi awal kami mencicipi segala menu yang ada.... (Eeittt menunya hanya sedikit lho) Ice lemon tea manis menjadi pembatal puasa hari kelima. Pecel Lele, Kerang Goreng, dan sambal, kami ni'mati bersama.
Dibalik Riuh rendah suara kendaraan yang mengiringi buka puasa bersama kami, (karena memang di pinggir jalan raya) ada 1 anak (Vietry) yang kebingungan , usut punya usut ternyata dia ga bisa makan pake tangan alias harus pake Sendok.
Padahal Nabi SAW mengajarkan pada
kita makan dengan tangan (tidak menggunakan sendok) dan bila selesai makan hendaklah menjilat jari. Begitu juga ahli saintis telah menemukan bahwa enzyme banyak terkandung disela-sela jari, yaitu 10 kali lipat dari yang terdapat dalam air liur (Enzyme sejenis alat pencerna makanan). keliatannya menjijikan yah? kalo dirumah sih gpp tapi kalo lg di acara gitu kan malu n bwt orang lain jijik ngeliat kita jilatin jari2 tangan. tapi ini sunah Rasul lho n kita wajib mengamalkannya Gimana?
Sesekali terdengar percapakan kecil mewarnai acara makan (tapi cinta ma Nicholas kok diem aja ya…), lain dengan Pademi kelihatanya lapaer banget cos dia juara pertama selesai makanya, untung aja kerangka kerang ma piringnya ga; di makan ha2x (Sedeppppppppppppppppp dan ni'mat deh....)

Semoga alloh limpahkan pahala pada Qt & pemilik warung yang telah melayani kepada kami makanan sebagai pembatal puasa hari kelima. Nanti Sore buka puasa dimana yahh? he..he...he....

Selasa, 25 Agustus 2009

Wisata ALam Telaga Ngebel & Air Terjun Selorejo

Jika anda pelesir ke telaga Ngebel, Ponorogo belum lengkap kalo tidak menyaksikan pemandangan alam berupa air terjun yang diberi nama Selorejo disisi timur telaga ini. Jaraknya sekitar 10 km dari telaga Ngebel, Secara administratif terletak di desa Pupus Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo atau masuk dalam kawasan hutan di RPH Toyomerto, BKPH Wilis Barat, KPH Lawu Ds.

Air terjun Selorejo walaupun tidak terlalu tinggi, namun mempunyai keunikan tersendiri dan berbeda denga air terjun lainnya, selain masih alami dan jarang dikunjungi wisatawan kecuali pelancong local, air terjun ini memiliki tiga dinding air terjun. Dinding paling atas mempunyai ketinggian 31 meter, sedang dinding air terjun ditengah sekitar 15 meter dan yang paling bawah kurang lebih 13 meter. Apabila ditarik garis lurus secara simetris dari bawah maka akan terlihat tiga baris dinding air terjun, yang sangat menakjubkan, dan tidak akan anda temui di tempat lain.

Untuk menunjukkan bahwa tempat ini masih alami, sengaja belum dibangun berupa fasilitas-fasilitas pengunjung seperti shelter dan lainnya, meskipun begitu untuk masuk lokasi ini harus melapor kepada Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat yang sudah bekerjasama dengan pihak Perhutani KPH Lawu Ds. , karena untuk menuju lokasi harus berjalan kaki sekitar 750 meter, sehingga pengunjung harus menitipkan kendaraan yang hanya dikenai tarip penitipan sebesar Rp. 1.000,- sedangkan untuk masuk lokasi pengunjung dikenakan biaya Rp. 1.500,-

Dari area penitipan motor, jalan setapak yang kanan kiri terdapat tanaman pinus dan sela-selanya ditumbuhi kopi milik warga, jalannya cukup licin apalagi jika hujan turun, untuk itu dibutuhkan kewaspadaan terutama jika sudah hampir sampai di air terjun.

Ketika perjalanan sudah mendekati air terjun dan terdengar suara gemericiknya, rasa lelah yang tak begitu payah akan tergantikan oleh pemandangan alami yang tak dapat ditemui ditempat lain. Namun bila ingin menyinggahi semua air terjun dan menyaksikan keindahannya dari dekat dapat menyimpang jalan ke kanan sebelum ke air terjun paling atas. Kemudian setelah berjalan sekitar 30 meter akan menemukan persimpangan yang kiri ke air terjuan tengah sedang kekanan menuju air terjun paling bawah.

Jalan menuju air terjun paling atas lebih mudah dari pada jalan yang menuju ke air terjun tengah dan bawah, karena jalannya masih berupa alur aliran air yang curam dan licin. Tetapi bila anda sudah pernah menikmati keindahan alam disekitar air terjun Selorejo, pasti akan menjadi catatan perjalanan yang menyenangkan, karena keindahan alamnya masih alami dengan suasana yang sejuk

Senin, 17 Agustus 2009

Saudariku, apa yang menghalangimu berhijab?

”Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan rnkepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwannnya. ” (Asy Syams: 7-8 )

Manusia diciptakan oleh Allah dengan sarana untuk meniti jalan kebaikan atau rnjalan kejahatan. Allah memerintahkan agar kita saling berwasiat untuk mentaati rnkebenaran, saling memberi nasihat di antara kita dan menjadikannya di antara rnsifat-sifat orang yang terhindar dari kerugian.

Sebagaimana disebutkan dalam surat Al ‘Ashr, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi rnWasallam menjelaskan bahwa kewajiban kita terhadap sesama adalah saling rnmenasihati.

Beliau bersabda:
”Orang mukmin adalah cermin bagi orang mukmin lainnya ” rn(Diriwayatkan oleh Thabrani dalam ”Al Autsah” dan dishahihkan oleh Al Albani rndalam Shah Jami’ush Shaghir, hadits no. 6531)

Dengan kata lain, seorang mukmin bisa menyaksikan dan mengetahui rnkekurangannya dari mukmin yang lain. Sehingga ia laksana cermin bagi dirinya. rnTetapi cermin ini tidak memantulkan gambar secara fisik melainkan memantulkan rngambar secara akhlak dan perilaku. Islam juga –sebagaimana dalam banyak rnhadits—menganjurkan dan mengajak pemeluknya agar sebagian mereka mencintai rnsebagian yang lain. Di antara pilar utama dari kecintaan ini, hendaknya engkau rnberharap agar saudaramu masukSurga dan dijauhkan dari Neraka. Tak sebatas rnberharap, namun engkau harus berupaya keras dan maksimal urituk menyediakan rnberbagai sarana yang menjauhkan saudaramu dari hal-hal yang membahayakan dan rnmerugikannya, di dunia maupun di akhirat.

Hal-hal di atas itulah yang melatar belakangi buku sederhana ini kami rnhadirkan. Selain itu, kecintaan dan rasa kasih sayang kami kepada segenap remaja rnputeri di seluruh dunia Islam. Tentu,juga keinginan kami untuk menjauhkan mereka rndari bahaya dan kerugian di dunia maupun di akhirat.

Lebih khusus, buku ini kami hadirkan untuk segolongan kaum muslimah yang rnbelum mentaati perintah berhijab (’Hijab: Maksudnya, busana wanita muslimah yang rnmenutupi seluruh bagian tubuhnya dari kepala hingga telapak kaki, hijab tersebut rnmempunyai syarat-syarat tertentu. (lihat him.66 )

seperti yang diperintahkan syariat. Baik karena belum mengetahui bahwa hijab rnadalah wajib, karena tidak mampu melawan tipu daya dan pesona dunia, karena rntakluk di hadapan nafsu yang senantiasa memerintahkan keburukan atau tunduk oleh rnbisikan setan, karena pengaruh teman yang tidak suka kepada kebaikan bagi sesama rnjenisnya atau karena alasan-alasan lain.

Kami memohon kepada Allah semoga uraian dalam buku sederhana ini menjadi rnpembuka hati yang terkunci, menggetarkan perasaan yang tertidur, sehingga bisa rnmengembalikan segenap akhawat yang belum mentaati perintah ber-hijab, kepada rnfitrah yang telah diperintahkan Allah Subhanahu Wata’ala.

Sabtu, 15 Agustus 2009

Tetap Cantik Dengan Berjilbab

Mendengar kata cantik, yang terbayang adalah seorang wanita yang anggota wajahnya -mata, hidung dan bibir- proporsional, sedap dipandang mata. Cantik juga dikaitkan dengan kulit yang terawatt baik, rambut hitam bercahaya, bentuk tubuh langsing dan gaya berbusana yang up to date.
Bicara soal busana, seringkali yang dituduh sebagai penyebab ketidakcantikan seorang adalah jilbab. Dengan pakaian yang syar’i, memang bentuk tubuhnya yang langsing tak tampak lagi.

Kecantikan fisik merupakan salah satu nikmat dari Allah yang dikaruniakan kepada sebagian saudari kita. Misalnya saja, suatu ketika kita diberikan nikmat oleh Allah berupa harta yang sangat berharga. Tentunya kita hati-hati menjaga harta itu, melindunginya dari jamahan orang lain, tidak menghamburkan pada setiap orang, dan hanya mempergunakan di saat yang memang benar-benar tepat. Lalu, bagaimana jika kenikmatan itu berupa kenikmatan fisik, khususnya kecantikan seorang wanita?

Mengobral kecantikan fisik pada setiap orang, seolah membiarkan barang yang amat berharga dijadikan keroyokan banyak orang. Dengan begitu, status berharga pun jadi barang rendah dan murah, karena setiap orang akan mudah menikmatinya, beginikah yang diinginkan para wanita?

Hijab, Cantik Dimata Allah

Semua itu tidak akan terjadi jika muslimah menuruti syariat Allah, mengenakan hijab. Berdasarkan perintah Allah, yang artinya:

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, ‘Yang demikian itu supaya mereka mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu…”(Al-Ahzab : 59)

Di zaman Rasulullah para sahabiyah begitu mendengar ayat ini turun, langsung merobek selendang tebal mereka untuk dibuat menjadi kerudung.

Ummu Salamah bercerita ketika ayat ini turun, maka wanita Anshar keluar dari rumah mereka dengan memakai kerudung, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung gagak.

Kecantikan fisik memang merupakan nikmat dari Allah. Nikmat akan bertambah jika pandai-pandai bersyukur kepada-Nya. Sebaliknya, nikmat bias berubah menjadi siksaan jika yang diberi nikmat tidak bias mensyukurinya.

Ucapan “Alhamdulillah, wajah saya cantik,” saja, tidaklah cukup. Syukur yang benar adalah menggunakan nikmat itu untuk taat kepada Allah. Mensyukuri kecantikan fisik adalah dengan memperlakukan kenikmatan tersebut agar senantiasa sesuai dengan perintah Allah.

Berjilbab Menjadikan Anda Cantik

Berhijab itu cantik di mata Allah, walaupun di mata manusia pengumbar pandangan dianggap tidak kelihatan cantik. “Dengan berjilbab, saya jadi tetap cantik, kan?” begitulah kiranya komentar yang tepat.

Tapi komentar ini pun bisa jadi salah besar. Lho? “Dengan berjilbab, kulit saya kan jadi tertutupi, tidak kepanasan, sehingga tidak menjadi coklat dan kusam. Nah saya kan jadi tambah cantik.” Wah, jika dimaknai seperti itu, amalan berjilbab pun jadi sia-sia.

Memang, ada muslimah yang berhijab dengan niat yang tidak benar. Salah satunya seperti diatas tadi, berhijab untuk menjaga kecantikan kulit. Ada yang berhijab dengan niat menutupi cacat di tubuhnya. Ada pula yang berhijab agar terkesan sebagai wanita shalihah di mata masyarakat.

Niat beramal shalih seharusnya dikembalikan ke jalan yang benar. Ingatlah, sabda Nabi, yang artinya:

“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan sampai kepada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijarahnya karena dunia yang ingin diperolehnya, atau wanita yang akan dinikahinya, ia pun akan mendapatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mungkin saja muslimah yang berniat tidak benar ini akan mendapatkan apa yang ia cari. Mungkin kulitnya memang akan tetap kuning, aib itu tertutupi dan nama baik bakal diperoleh. Tapi tentu saja tidak akan mendapatkan sesuatu yang lebih agung. Yaitu Ridha Allah.

Saya Berjilbab Tapi Tetap Cantik, kan?

Komentar di atas bisa jadi muncul dari seorang muslimah jilbaber. Sekali lagi, komentar di atas perlu di kritisi. Jika wajahnya memang sudah dari dulu cantik, tidak masalah komentar seperti itu. Tapi jika ‘tetap cantik’ ia artikan sebagai tetap bisa tampil cantik di luar rumah dengan pakaian ketat walaupun panjang, bibir berlipstik walaupun berjilbab, maka sama tidak bolehnya dengan yang di atas tadi.

Muslimah yang seperti ini juga menjamur. Jilbab dalam pengertian mereka adalah ‘yang penting pakai kerudung’. Tidak perduli dengan criteria lainnya. Jadilah mereka jilbaber gaul yang kerudungnya mini, pakaiannya ketat, kakinya pun pake celana panjang sempit.

Walaupun niatnya sudah benar karena Allah, namun jilbab yang ia kenakan seperti itu, tetap saja belum sempurna.

Amal ibadah akan sempurna jika ada dua syarat, yaitu niatnya benar karena Allah, dan yang kedua sesuai dengan syariat.

Berikut ini ketentuan hijab yang syar’i:

* Jilbab itu longgar, sehingga tidak memvisualisasikan lekuk-lekuk tubuh
* Tebal, sehingga tidak kelihatan sedikitpun bagian tubuhnya, warna kulitnya misalnya.
* Tidak memakai wangi-wangian
* Tidak meniru model pakaian wanita kafir.
* Tidak memilih warna kain yang mencolok, sehingga menjadi pusat perhatian orang.
* Menutupi seluruh tubuh, kecuali wajah dan kedua telapak tangan.

Semua muslimah -yang cantik sejak lahir ataupun tidak- harus mempercantik dirinya sesuai dengan syariat. Jika sudah mengamalkan, jadikanlah kenikmatan yang Allah berikan itu selalu dijaga, tidak diobral layaknya barang murahan. Wallahu a’lam

Sumber : Majalah El-Fata Edisi 7/II/2002 hal. 12-13

Women Hair Styles Template PSD



nich Wmen Hair Styles template, buat nambah-nambahi koleksi siapa tahu bermanfaat. Silahkan download disini.

Template Jas Pria Format PSD


Selamat datang di dunia photo editing..dunia yang selalu membuat setiap orang terpana akan kemutakhirannya dalam memanipulasi sebuah object (photo) yang bukan apa-apa menjadi sungguh luar biasa. Pastinya banyak sekali 1001 cara untuk membuat sebuah foto close-up kita menjadi tampil berbeda, mungkin itu bisa dengan cara memberikan effect background yang meriah, menyandingkan kita dengan artist atau selebritis idola kita, atau mungkin sekedar iseng-iseng mencoba merubah gaya-gaya pakaian kita agar tampil beda (catatan: walaupun hanya dalam photo saja hehe). Nah! berikut ini adalah beberapa Templates Jas yang dapat anda download secara Free atau Gratis sebagai koleksi pribadi anda ketika memanipulasi image dengan software image editior, contohnya seperti program aplikasi Adobe Photoshop (semua versi, 7,CS,CS2,CS3,..) yang sangat populer.Silahkan Anda Donwload Disini! semoga bermanfaat.

Tak akan Ada Kemiskinan dalam Indonesia Merdeka'

Potongan kalimat itu bukan dari saya, tetapi dari Bung Karno sebagai bagian dari usulnya untuk sila keempat Pancasila dalam pidato tentang dasar negara di depan sidang BPUPK (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan) pada 1 Juni 1945. Sila itu semula berbunyi "Kesejahteraan sosial," kemudian dalam sidang pada 22 Juni ditempatkan sebagai sila kelima dengan redaksi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." Bagi Bung Karno, sila ini sama dengan tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka.

Sekarang sudah lebih 62 tahun negeri ini merdeka, kemiskinan masih 'setia' bersama kita. Menurut Faisal Basri, jika ukuran yang digunakan adalah hitungan pendapatan rata-rata per kepala, sebesar dua dolar AS, maka rakyat Indonesia yang miskin berjumlah 100,7 juta jiwa atau 42,6 persen dari seluruh jumlah penduduk. Dua dolar AS setara Rp 18.500. Itu jika semua rakyat Indonesia dianggap punya penghasilan. Jumlah yang tidak punya penghasilan atau penganggur total masih di atas 10 juta, sebuah angka yang cukup mengerikan.
Dalam Resonansi 11 Desember lalu, disebut penyebab utama dari malapetaka kemiskinanan adalah karena pemerintah sejak kita merdeka tidak pernah merancang strategi pembangunan yang benar-benar prorakyat. Ada dua atau tiga kabinet tahun 1950-an yang punya komitmen untuk menghalau kemiskinan ini, tetapi umurnya pendek-pendek. Perseteruan antarpartai atau terjadinya gesekan sipil-militer telah memangkas umur kabinet, sehingga semua program prorakyat itu kandas. Inilah yang terjadi pada periode yang disebut era demokrasi liberal di bawah payung UUDS.

Pada periode sistem Demokrasi Terpimpin yang minus demokrasi itu, kehidupan rakyat semakin sengsara. Politik mercusuar dan manipol-usdek telah jadi "agama" ketika itu. Ada pakar yang menganjurkan budi daya bekicot sebagai ganti daging, karena harganya sudah membubung tinggi. Rakyat kecil cukuplah dengan bekicot. Di akhir periode itu, tingkat inflasi sudah mencapai 650 persen. Kemiskinan sudah sangat meluas. Kemerdekaan tidak ada korelasinya dengan kesejahteraan rakyat dan perbaikan nasib orang banyak.

Bangunan Demokrasi Terpimpin hanya bisa bertahan enam tahun, kemudian berantakan seperti rumah laba-laba. Digantikan oleh Demokrasi Pancasila (1966-1998). Semula sangat memberi harapan, inflasi dipangkas, pembangunan fisik digalakkan, dan sampai batas tertentu berhasil. Tetapi, setelah virus kroni dan keluarga memasuki dunia bisnis, keadaan semakin tidak terkontrol. Akhirnya sistem ini rubuh disapu krisis monoter 1998. Rezim pun jatuh. Pengusaha kelimpungan, UKM agak menolong, tetapi lautan kemiskinan telah menjadi fakta keras. Sampai detik ini belum sepenuhnya pulih, karena fundamental ekonomi kita ternyata rapuh, sekalipun menjelang krisis masih saja dipuji oleh IMF dan Bank Dunia, bos rezim Demokrasi Pancasila. Kemudian, muncul gerakan reformasi.

Tahun ini era reformasi akan berusia 10 tahun. Ada perbaikan di sana-sini, tetapi fundamental ekonomi, kata para pakar, masih rapuh. Kehidupan wong cilik belum banyak perbaikan. Maka ungkapan: "Tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka" tetaplah menjadi dokumen penting, sementara kemiskinan setelah lebih 64 tahun merdeka masih menjadi "sahabat" kita. Tetapi di atas itu semua, negeri ini adalah negeri kita yang tidak boleh dibiarkan terus meluncur ke jurang yang lebih dalam. Adalah sebuah pengkhianatan terbuka kalau kita masih saja tidak hirau dengan nasib bangsa keempat terbesar di muka bumi. Namanya Indonesia dan lagunya Indonesia Raya yang selalu membahana di angkasa lepas: Hiduplah Indonesia Raya!

Sampai berapa lama lagi Indonesia Raya betah hidup berdampingan dengan kemiskinan? Kemiskinan wajib dihalau, semua bentuk pengkhianatan harus dipangkas pada kuncupnya. Untuk itu kita memerlukan strong leadership yang adil dan bersih! sumber http://www.muhammadiyah.or.id/

Pitulasan, Sekedar Ajang Lomba?

KabarIndonesia - 17 Agustus sudah di ambang. Tradisi terulang. Kampung dan perumahan maupun desa-desa sibuk bergincu. Mulai mengecat gerbang, memasang umbul-umbul, bendera dan lain-lain. Lomba-lomba menjadi agenda rutin. Sepak bola, dangdut, panjat pinang, lari karung dan banyak lagi. Pada malam tasyakuran juga rutin, doa bersama, tumpengan dan semacamnya.

Sejak saya kecil sampai sekarang rasanya itu-itu saja. Sukma peringatannya sendiri lalu menjadi rutinitas yang kurang menggetarkan. Lalu apa dan bagaimana sebaiknya yang lebih pas?

Indonesia dengan puluhan ribu kepulauan tentu sulit kalau harus menggelar "pitulasan" (tujuh belasan) semegah Singapura beberapa waktu yang lalu. Singapura yang mini amatlah mudah digenggam dalam sebuah perayaan kolosal. Indonesia butuh bantuan teknologi canggih untuk mengkolosalkan perayaan hari kemerdekaannya secara serentak dari Aceh hingga Merauke.

Melalui layar kaca kita akan dapat saksikan bagaimana masyarakat serambi Mekah memaknai tujuhbelasan, yang mungkin beda dengan masyarakat di Maluku atau Papua atau Madura dan lain-lain. Maka makna kebhineka-tunggal-ikaan akan terajut lewat tontonan ini, serta menyadarkan kita betapa Indonesia itu molek dan diincar banyak negara karena kekayaan budaya dan alamnya.

Sebuah tarian Minangkabau misalnya, akan terasa sukmanya bila ditarikan dengan latar belakang Ngarai Sianok atau tarian suku-suku di lembah Baliem yang mengambil gunung-gunung Papua sebagai wallpaper-nya. Tokoh-tokoh masyarakat setempat yang pernah berjasa dalam menegakkan kemerdekaan juga ditampilkan karena sangat mungkin banyak nama-nama lokal yang kurang dikenal di luar. Prestasi-prestasi remaja maupun pemuda setempat juga dihadirkan terutama yang sudah bertaraf nasional maupun internasional agar kita semua tahu bahwa mengisi kemerdekaan itu identik dengan prestasi.

Jangan-jangan pada tanggal 17 nanti kita akan lebih banyak disuguhi tontonan layar kaca yang melow dengan lagu-lagu cinta yang memelas dan sendu. Padahal lagu-lagu semacam Kebyar-kebyarnya mas Gombloh maupun lagu lagu heroiknya Leo Kristi sangat lebih pas.

Saya khawatir generasi muda kita hanya akan berputar-putar di sekitar patah hati dan pengkhianatan cinta, sampai lupa bahwa mengisi kemerdekaan adalah tugas utama mereka setelah generasi sebelumnya rela kehilangan nyawa untuk mereka.

Marilah kita serukan bersama mas Gombloh:

Indonesia, merah darahku!
Putih tulangku,
Bersatu dalam semangatmu,
Indonesia, debar jantungku, getar nadiku,
Berbaur dalam angan-anganmu
Kebyar, Kebyar, Pelangi Jingga...!!(*)

[www.kabarindonesia.com]

Hadirkan Nuansa Ramadhan Itu Kembali


Tak terasa waktu terus berlalu. Hari-hari terlalui, dan bulan Ramadhan itu sebentar lagi akan datang kembali. Sepertinya baru saja kemarin Ramadhan tahun lalu kita tinggalkan, bulan mulia yang penuh dengan keberkahan. Dimana di bulan Ramadhan tahun yang lalu itu, kita begitu dekat dengan Allah SWT. Kita lalui hari-harinya untuk senantiasa beribadah kepada-Nya dengan shalat berjamaah di masjid, qiyamullail, tilawah Al Qur�an, shadaqah dan macam-macam ibadah lainnya. Terlebih lagi di sepuluh hari terakhirnya, tak ketinggalan kita coba untuk ber-itikaf di masjid, untuk lebih mendekatkan lagi diri kita yang hina ini kepangkuan Ilahi Rabbi. Memanjatkan doa memohon ampun atas semua dosa yang pernah terlakukan.

Selepas Ramadhan itu pergi, memasuki bulan syawwal kita masih bisa menghadirkan nuansa Ramadhan pada diri kita. Masih bisa kita melaksanakan ibadah shaum sunnah syawwal dan senin kemis. Masih bisa kita pertahankan untuk menghiasi malam-malamnya dengan Qiyamullail. Tilawah Qur’an masih bisa satu juz dalam sehari dan nilai-nilai plus ibadah yang lainnya. Subhanallah...

Perlahan nuansa Ramadhan itu hilang dari diri kita, shaum sunnah senin kamis kita lupakan, qiyamullail jarang lagi kita kerjakan, tilawah Al Qur’an kadang terlewatkan. Perlahan teriring semakin jauhnya kita dengan Allah SWT ditandai dari berkurangnya kualitas ibadah kita, dosa-dosa pun banyak yang kita perbuat. Astaghfirullah...

Kualitas ibadah kita mencerminkan nilai keimanan yang ada pada diri kita. Ketika kualitas ibadah kita itu menurun berarti menurun pula nilai keimanan kita. Karena memang keimanan kita kadang naik dan kadang menurun. Imam Al Ghazali menjelaskan, keimanan kita naik dengan melakukan ketaatan kepada-Nya dan sebaliknya keimanan kita menurun dengan melakukan kemaksitan kepada-Nya.

Tak menyadari begitu banyak dosa itu datang dari pandangan mata kita, datang dari ucapan lisan kita, datang dari pendengaran telinga kita, datang dari segenap panca indra kita. Sungguh semua itu tak terasa kita lakukan. Karena memang begitu halus cara syaitan menggelincirkan kita dari jalan yang di ridhai oleh Allah SWT. Sekalipun kita adalah orang yang senantiasa rajin beribadah, apatah lagi mereka yang memang jauh dari ajaran agama ini.

Dari berbagai arah syaitan mencoba membujuk rayu supaya kita menjadi manusia-manusia pendosa. Dari arah depan kita ia datang menggoda, dari arah belakang kita ia datang menggoda, juga dari arah kanan dan kiri kita ia datang menggoda. Supaya kita manusia jauh dari ketaatan. Seperti janji syaitan/iblis kepada Allah SWT yang diabadikan di dalam Al Qur’an:

Iblis menjawab: ”Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”(Qs. Al Araaf:16-17)

Menyadari diri yang penuh dosa, kedatangan bulan Ramadhan sungguh sangat kita rindukan, bulan yang mulia dan bulan yang penuh dengan keberkahan. Dimana Allah SWT dalam bulan Ramadhan ini menjanjikan menghapus dosa-dosa dan mengabulkan segala doa yang kita panjatkan. Dan semoga Allah SWT masih memberikan nikmat-Nya kepada kita sebuah anugerah terindah yaitu bisa merasakan kembali bulan Ramadhan tahun ini.

Tetapi banyak cerita di tahun-tahun yang lalu menjelang memasuki bulan Ramadhan bahkan mungkin juga di tahun ini, orang-orang terdekat kita, teman, sahabat, saudara bahkan juga orangtua kita telah mendahului kita menghadap Ilahi Rabbi. Pergi dan takkan pernah akan kembali lagi, selama-lamanya. Mereka tak sempat merasakan lagi Bulan Ramadhan, dan semua itu adalah takdir yang kita tidak bisa lagi untuk menawarnya. Semoga mereka yang telah mendahului kita di ampuni oleh Allah SWT akan dosa-dosanya... Amiin...

Tidak tahu dengan kita, apakah Allah SWT akan menakdirkan kita bersua kembali dengan bulan Ramadhan tahun ini, atau kita ditakdirkan menyusul orang-orang terdekat kita yang telah lebih dahulu menghadap Ilahi Rabbi sebelum Ramadhan dapat kita rasakan kembali, merasakan hari-harinya yang penuh dengan keberkahan. Oleh karenanya jangan tunggu bulan Ramadhan datang untuk kita bertaubat kepadanya. Mulailah dari sekarang, dari bulan ini untuk kita dekatkan diri kepada Allah SWT. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang zalim karena kita enggan bertaubat. Firman Allah di dalam Al Qur�an menyatakan seperti itu: "...dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (Qs. Al Hujurat:11)

Hadirkan nuansa Ramadhan itu kembali. Qiyamullail, tilawah Al Qur’an dan ibadah-ibadah lainnya. Supaya ketika kita ditakdirkan oleh Allah SWT. dapat kembali merasakan bulan Ramadhan yang sebentar lagi menyapa, kita bisa lebih maksimal dalam mengisi hari-harinya dengan senantiasa beribadah kepada-Nya. Sungguh jangan lewatkan hari-harinya dengan kesia-siaan.

Berusahalah ketika kita berada dalam bulan Ramadhan untuk menggapai rahmat-Nya dengan fastabiqul khairat, menunjukkan kepada Allah SWT ibadah-ibadah terbaik kita. Yang dengan itu semua Allah SWT akan membanggakan kita kepada para malaikat-Nya.

”Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do�a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakan kalian pada para malaikat-Nya. Maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari kalian. Karena orang yang sengsara adalah orang yang tidak mendapat rahmat Allah di bulan ini.” (HR. Thabrani)

Hadirkan nuansa Ramadhan itu kembali. Jika memang Allah akan memanggil kita sebelum Ramadhan itu menyapa, kita sudah berada dalam kedekatan pada-Nya. Berada dalam kondisi iman yang terbaik. Itu yang kita harapkan ketika memang Allah SWT telah tentukan akhir waktu umur kita hidup di dunia ini.

Dan tetaplah berdoa memohon kepada Allah SWT untuk kita dapat bersua dan merasakan kembali dengan bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ditahun ini.

Allahumma Balighna Ya Ramadhan... Amiin...

Wallahu a’lam bishshawab
http://jamsyid.cybermq.com